Musik dan Politik Perdamaian (YMCA Jerusalem Youth Chorus)
![](https://static.wixstatic.com/media/88062d_59708cc289bf42bfaf54963cee0f079b~mv2_d_1773_2364_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_1307,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/88062d_59708cc289bf42bfaf54963cee0f079b~mv2_d_1773_2364_s_2.jpg)
Latar Belakang
Timur Tengah merupakan suatu regional atau kawasan yang cenderung bersifat politis. Dikatakan bersifat politis lantaran ketimbang menggunakan patokan geografis, Timur Tengah relatif ditentukan oleh kondisi geopolitik dan persebaran Bangsa Arab. Maksud dari geopolitik ialah, kawasan Timur Tengah diasosiasikan sebagai kawasan yang memiliki intensitas peperangan – baik interstate mupun intrastate – yang paling tinggi dari kawasan-kawasan lainnya di muka bumi. Hingga saat ini negara yang tergolong ke dalam regional Timur Tengah ialah Algeria, Tunisia, Libya, Mesir, Sudan, Turki, Libanon, Suriah, Yordania, Irak, Iran, Kuwait, Arab Saudi, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar Bahrain, Palestina dan Israel.
Dinamika politik keaman kawasan Timur Tengah terbilang penuh akan sejarah peperangan. Secara khusus penulis mengambil dari awal berdirinya Israel pada 15 Mei 1948 oleh bantuan Inggris memicu pergolakan negara-negara Arab. Sebagai contoh konflik dengan Mesir atas Terusan Suez (1956), Perang Enam Hari Arab-Israel (1967) hingga fenomena Arab spring pada tahun 2000-an dan acaman terorisme berkiblat Islamic State di beberapa negara di Timur Tengah.
Kemudian berkenaan dengan konflik akibat Israel, negara tersebut memiliki deretan panjang dinamika politik keamanan. Isu kontempor terkait Israel di antaranya Menteri Pariwisata Israel ditembak mati oleh Front Liberalisasi Palestina (2001), tentara Israel meluncurkan Operasi Defensive Shield yang merupakan operasi militer terbesar di West Bank sejak Perang Enam Hari (2002) dan pesawat tempur Israel yang dilaporkan memasuki wilayah udara Suriah dan diduga keras meluncurkan serangan kepada fasilitas nuklir (2007).
Di sisi Palestina, dinamika politik keamanan pun mengalami intensitas yang tinggi di era kontemporer. Dinamika tersebut di antaranya Pertemuan Camp David antara Perdana Menteri Israel dan Otoritas Palestina yang gagal menghasilkan kesepakatan (2000), Hamas menyerang klub malam Israel yang menyebabkan 21 Orang Israel meninggal (2000), Hamas memenangkan mayoritas kursi legislatif Palestina yang menyebabkan bantuan asing dari Amerika dan beberapa negara di Eropa dihentikan (2006) dan terbunuhnya tujuh orang Palestina akibat serangan militer Israel atas Gaza dan Hamas.
Berdasarkan beberapa isu yang tercermin dari dinamika politik keamanan Israel dan Palestina, kedua negara tidak bisa dielakkan telah dan sedang mengalami konflik yang berkepanjangan. Selain itu ditambah dengan dinamika perpolitikan Timur Tengah yang cenderung tidak stabil, maka penulis menganggap penting guna mengangkat narasi-narasi perdamaian yang mana jarang terekspos, atau paling tidak pada pengalaman literasi penulis sendiri. Berangkat dari keinginan untuk memunculkan narasi perdamaian, maka penulis memberikan judul tulisan “Relasi Musik dan Politik Perdamaian (Studi Kasus YMCA Jerusalem Youth Chorus)”.
Adapun musik dipilih karena dewasa ini, terdapat beberapa contoh terkait bagaimana musik dapat mempengaruhi sosial bahkan perpolitikan. Contoh nyata ialah dengan musik rap yang adalah bentuk resistensi orang kulit hitam di Amerika yang merasa ditindas. Namun saat ini, musik rap berkembang sehingga bukan hanya orang kulit hitam yang menikmati rap, melainkan orang kulit putih seperti Eminem.
Berkaitan dengan YMCA Jerusalem Youth Chorus, itu merupakan kelompok paduan suara yang mengangkat tema lagu perdamaian dan persatuan antara orang Palestina dan orang Israel di Kota Yerusalem. Selanjutnya penulis berusaha untuk menggambarkan bagaimana relasi antara musik dan politik perdamaian pada studi kasus YMCA.
Definisi Konseptual
Pada bagian definisi konseptual, penulis akan menjelaskan istilah-istilah tertentu yang tercantum pada judul makalah dengan tujuan pembaca mendapatkan persepsi yang jelas terkait istilah politik, perdamaian dan politik perdamaian.
Helmut Brenner dalam Hamed (2016: 53) mengajukan asumsi bahwa politik adalah semua tindakan individu atau kelompok dengan tujuan merubah struktur sosial, atau mekanisme dan norma yang menyokong struktur tersebut, atau percobaan untuk menutupi perubahan yang ditujukan kepada individu lain atau kelompok.
Pada bagian perdamaian, penulis menggunakan pemikiran Galtung (2007) terkait perdamaian positif bahwa perdamaian merupakan gabungan dari kerjasama, kesetaraan dan keadilan serta budaya damai dan dialog. Kemudian berangkat dari definisi politik dan perdamaian, maka yang dimaksud dengan politik perdamaian ialah usaha-usaha yang dilakukan baik individu ataupun kelompok yang bertujuan untuk mengubah struktur atau mekanisme sosial yang mengarah pada perdamaian. Adapun perdamaian tersebut mengarah pada kecenderungan saling kerja sama, peningkatan kesetaraan dan penegakan keadilan serta budaya damai dan dialog yang terbiasa dilakukan masyarakat.
Teori Perdamaian Galtung
Johan Galtung (2007: 14) menawarkan pendekatan baru dalam menilai dan menindak lanjuti suatu konflik. Pendekatan keamanan yang relatif sering dipakai institusi internasional semisal PBB dalam mengintervensi atau melegitimasi suatu agresi militer kemudian diperbaharui dengan pendekatan perdamaian. Galtung memberikan lima hal yang dimiliki pendekatan perdamaian yang mana lebih bersifat futuristik dibandingkan pendekatan-pendekatan dalam rangka transformasi konflik lainnya.
Pendekatan Perdamaian
Pertama, berfokus pada perdamaian yang artinya menekankan pada penguatan hubungan antar-pihak, bukan penguatan keamanan masing-masing. Kedua, perdamaian bergantung pada cara-cara merubah relasi antara pihak-pihak yang berkonflik atau dengan kata lain, lawan dari perdamaian ialah konflik yang belum ditransformasikan. Poin ketiga ialah untuk mengubah suatu konflik menjadi perdamaian, mesti terlebih dahulu menciptakan realita baru yang mampu mewadahi pihak-pihak untuk hidup bersama. Realita baru yang dimaksud dapat diasosiasikan dengan konsep ruang ketiga dari Homi Bhabha (1994). Ruang ketiga yang dimaksud ialah ketika beberapa elemen dari pihak yang berkonflik menginisiasi area baru untuk bernegosiasi tentang makna dan representasi. Keempat adalah dengan mediasi melalui cara deep dialogue dan bersama-sama mencari realita baru yang akan dibangun. Kelima, lebih dari pada mediasi ialah pendekatan holistik atau menyeluruh – melibatkan gerakan dari elemen masyarakat menjadi salah satunya.
Komponen Pendekatan Perdamaian
Adapun pendekatan perdamaian Galtug memiliki empat komponen, yaitu:
Konflik adalah suatu hal yang belum ditransformasi atau diubah;
Bahaya dari konflik ialah ketika tidak bisa atau belum bisa diselesaikan sampai pada akar permasalahannya, atau dengan kata lain menyelesaikan sau permasalahan awal sehingga permasalahan-permasalahan turunannya juga secara simultan terselesaikan;
Cara transformasi konflik ialah: membangun empati – kreatif – memproduksi tanpa kekerasan;
Perdamaian ialah cara terbaik untuk bisa aman.
Perdamaian (peace) menurut Galtung (2007) pun dapat disederhanakan ke dalam tabel positive peace dan negative peace.
![](https://static.wixstatic.com/media/88062d_c6f7b2fd136a45c29c2e5c95c0d311df~mv2.png/v1/fill/w_603,h_273,al_c,q_85,enc_auto/88062d_c6f7b2fd136a45c29c2e5c95c0d311df~mv2.png)
Kerangka Konsep
Berangkat dari teori perdamaian Johan Galtung terkait transformasi konflik (membangun empati, kreatif dan memproduksi tanpa kekerasan yang akan disatukan menjadi bentuk kerjasama dalam perdamaian positif) dan perdamaian positif yang terdiri atas kerjasama, kesetaraan dan keadilan serta budaya damai dan dialog; maka penulis akan menganalisis relasi musik dalam hal ini YMCA Jerusalem Youth Chorus dan peranannya pada perdamaian ditinjau dari konsep positive peace sebagai berikut:
![](https://static.wixstatic.com/media/88062d_550c7905bca14d429f7a62d2807a0701~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_291,al_c,q_80,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/88062d_550c7905bca14d429f7a62d2807a0701~mv2.jpg)
PEMBAHASAN
Karya seni dewasa ini telah disadari mempunyai dampak yang beragam – tak terpaku pada tujuannya sebagai media hiburan dan ekspresi perasaan semata. Karya seni semisal novel, puisi, film dan musik atau lagu tak bisa dipungkiri menyimpan kemampuan lain selain menghibur. Kemampuan karya seni bahkan dapat menjangkau sendi-sendi perpolitikan dan lebih dari pada itu bisa dipakai sebagai alat protes atau kritik sosial.
Di Indonesia misalnya dikenal seorang novelis bernama Pramoedya Ananta Toer, Pujangga kritis Wiji Thukul dan penyanyi Iwan Fals yang mana memiliki pengaruh secara politik melalui karya-karya yang dihasilkan. Toer melalui novelnya, Bumi Manusia mengejawantahkan pengaruhnya pada praktik politik Orde Baru hingga akhirnya oleh Soeharto dilarang untuk diterbitkan lagi karena dinilai mempromosikan marxisme – walaupun di dalam bukunya tak ada sedikitpun menyuratkan ajakan menganut ideologi marxisme atau komunisme.
Bertolak dari keberadaan seni dalam konteks pengaruh politik, maka pada bab ini penulis akan menjabarkan dua hal utama, yakni memperkenalkan YMCA Jerusalem Youth Chorus sebagai kelompok paduan suara dan menganalisis peran kelompok tersebut sebagai agen perdamaian menurut teori perdamaian Galtung.
YMCA Jerusalem Youth Chorus
Untuk lebih mengetahui YMCA Jerusalam Youth Chorus maka penulis akan menjabarkan ke dalam beberapa bagian, yaitu misi yang dilakukan, bantuan yang didapat, model kegiatan dan musik yang diproduksi.
YMCA Jerusalem Youth Chorus (sering disebut chorus) ialah suatu kelompok paduan suara dan program dialog yang dibangun pada tahun tahun 2012 oleh Micah Hendler untuk anak-anak sekolah menengah atas Israel maupun Palestina di Kota Yerusalem. Hendler sendiri berasal dari Bethesda Maryland dan kemudian lulus dari Yale pada tahun 2012 dengan gelar pada bidang musik dan studi internasional. Pasca lulus dan mendirikan kelompok Jerusalem Youth Chorus, misinya ialah untuk menyediakan ruang bagi pemuda pemudi dari Timur dan Barat Yerusalem agar tumbuh bersama dalam lagu dan dialog. Melalui pembuatan musik dan berbagai cerita, Chorus berusaha memberdayakan anak-anak muda di Yerusalem untuk menjadi pemimpin-pemimpin di setiap komunitas dan menginspirasi penyanyi dan penikmat musik di seluruh dunia sehingga mau berbuat sesuatu untuk perdamaian.
YMCA Jerusalem Youth Chorus merupakan kegiatan resmi dari Jerusalem International YMCA dan Jerusalem Foundation. Yerusalem Foundation sendiri ialah suatu komunitas independen yang mendedikasikan untuk menciptakan masyarakat Yerusalem yang adil dan terbuka terlepas dari perbedaan-perbedaan agama, budaya, politik dan bahasa.
Model atau bentuk dari YMCA Jerusalem Youth Chorus adalah gabungan dari musik dan dialog, artinya menyediakan pengalaman transformatif bagi para penyanyi – yang notabenenya merupakan anak-anak sekolah – yang mana menghasilkan pertemanan dan pemahaman untuk saling berkolaborasi walaupun terdapat berbagai perbedaan. Adapun musik yang diproduksi mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan inklusifitas.
Jerusalem Youth Chorus sebagai agen perdamaian
Musik sebagai media resistensi dan ekspresi kekesalan yang kemudian berdampak pada perubahan sosio-politik bukan merupakan hal baru. Musik rap misalnya mampu memberikan sumbangsih bagi penurunan aktivitas diskriminatif kulit putih terhadap kulit hitam di Amerika. Satu dari bukti kuatnya pengaruh musik rap pada perubahan sosio-politik ialah melalui momentum revaluasi identitas. Berikut dengan Jerusalem Youth Chorus, kelompok musik ini juga berperan dalam mengangkat narasi-narasi perdamaian melalui lantunan lagu dan dialog. Untuk itu terdapat tiga peranan utama yang dijabarkan penulis berkenaan dengan perdamaian positif menurut Galtung, yakni peranan chorus sebagai media kerjasama, peranan chorus sebagai media pendorong keadilan dan kesetaraan serta peranaan chorus sebagai media promosi budaya perdamaian dan dialog.
Chorus sebagai media kerjasama
Menjadi menarik ketika musik dapat menyatukan individu-individu sama sekali terpisah - baik secara agama, bangsa, maupun politik –, namun pada akhirnya saling bekerjasama. Hal ini dialami oleh Avital Maeir-Epstein dan Muhammad Murtada Shweiki yang mana tinggal terpisah 150 yard di Abu Tor, Yerusalem akibat garis persenjataan pra 1967. Avital (16 tahun) adalah seorang soprano dan Muhammad (15 tahun) berada pada posisi bass juga tenor di Jerusalem Youth Chorus. Bahkan walaupun di saat kondisi mencekam (50 hari aktivitas berat kelompok-kelompok militan di Jalur Gaza, 2015) mereka tetap menghiraukan konflik untuk saling bertemu dan bekerja sama, berlatih untuk konser musik.
Fenomena saling kerjasama yang ada di antara Avital dan Muhammad Murtada dapat dilihat dari bagaimana lirik lagu yang dibangun Jerusalem Youth Chorus yang berjudul Yihiyeh Beseder yang dalam bahasa Inggris berarti Everything Will Be Ok. Beberapa bagian lirik lagu dalam terjemahan Inggris – dari Bahasa Arab dan Ibrani sebagai berikut:
I know everything will be ok
It doesn’t matter what everyone says in secret
We’ll give it our all, God willing, no guarantees
I’m here – you’re here
Walk with me to change this universe
I don’t know how to fly, even though the situation is really dangerous
Nothing is ok, where is the peace dove?
Or is its just words, and some illusions?
Do you want me to sing to wake you up from dreams?
Chorus sebagai media pendorong keadilan & kesetaraan
Secara musik, chorus mencerminkan nilai kesetaraan dan inkusifitas sebagaimana anggota-anggotanya yang berasal dari berbagai macam latar belakang tradisi musik. Mencampurkan improviasi suara khas Arab (mawwal) dengan harmoni klasik, menggambarkan ritme Arabik di dalam setiap lagu pop hingga lagu tradisional. Lebih dari pada itu, chorus mencampurkan lirik-lirik Ibrani, Arab dan Inggris sehingga musik menjadi suatu media yang tidak mengenal batasan-batasan geografis.
Sebagaimana musik yang pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi dari penciptanya, Home sebagai musik Jerusalem Youth Chorus juga merupakan bentuk ekspresi dari keinginan akan keadilan dan kesetaraan di Kota Yerusalem bagi orang Israel, Palestina, Kristen, Islam dan Yahudi. Mereka semua menginginkan Yerusalem sebagai rumah di mana tindakan-tindakan diskriminatif serta kekerasan tidak lagi hadir. Lagu berjudul Home versi lama adalah sebagai berikut:
Hold on to me as we go
As we roll down this unfamiliar road
And although this wave keeps stringing us along
Know you’re not alone
‘Cause I’m gonna make this place your home.
Settle down, it’ll all be clear
Don’t pay no mind to the demons, they fill you with fear
Trouble it might drag you down
If you get lost you can always be found
Know you’re not alone
’Cause I’m gonna make this place your home.
Menurut Hendler – pendiri YMCA Jerusalem Youth Chrorus, lagu Home menjadi penting lantaran dua hal. Dua hal tersebut ialah karena pada satu sisi ‘home’ dapat diartikan sebagai Yerusalem secara keseluruhan dan di sisi lain ‘home’ atau rumah bisa diartikan sebagai tiap-tiap anggota paduan suara. Ini penting karenadalam satu lagu yang sama, bisa membangun dan memperkuat imajinasi akan persatuan satu masyarakat Yerusalem yang tak tersegregasi. Pun secara bersamaan memberikan ikatan emosional kepada setiap anggota paduan suara untuk saling mengingat bahwa walaupun masing-masing anggota berbeda dalam banyak hal, namun mereka tetap bisa bersahabat karena timbul perasaan telah saling kenal, bahkan sampai tingkatan personal.
Chorus sebagai media promosi budaya perdamaian & dialog
Perspektif perdamaian positif yang terakhir ialah usaha-usaha untuk menciptakan budaya perdamaian dan dialog. Budaya perdamaian dan dialog dengan kata lain ialah menciptakan suasana yang kondusif bagi pihak yang berkonflik untuk bernegosiasi ataupun yang menurut Galtung sebagai penciptaan realita baru. Realita yang baru menurut Galtung adapun bisa dilihat seperti pemikiran Homi Bhabha mengenai ruang ketiga di mana ada negosiasi makna. Bertolak dari pemikiran Galtung tersebut, suana yang saling kondusif bisa terjadi bila pihak-pihak saling berkompromi atau mau memberikan kesempatan guna pembentukan nilai bersama. Sejalan dengan pembentukan nilai bersama yang akan bermuara pada budaya perdamaian dan dialog, Chorus menciptakan Home versi baru yang mengakomodir perbedaan serta seturut dengan cara transformasi konflik: empati – kreatif – memproduksi tanpa kekerasan. Lagu tersebut memiliki lirik sebagai berikut:
(Arabik)
"This home is our father’s home...and welcome, our beloved ones, welcome to it."
(Ibrani)
"Because in my home, in the garden...mine, yours...we together will have a unique
bond."
(Inggris)
Hold on to me as we go
As we roll down this unfamiliar road
And though this wave is stringing us along
Know you’re not alone
’Cause I’m gonna make this place your home.
Settle down, it’ll all be clear
Don’t pay no mind to the demons, they fill you with fear
Trouble it might drag you down
If you get lost you can always be found
Know you’re not alone
’Cause I’m gonna make this place your home.
Arabic
"Safety, go in safety."
Hebrew
"Our home is here, and you and I will yet change the world. Together - we are here
together."
Pada versi terbaru Home, lirik lagu merupakan gabungan dari Bahasa Arab dikarenakan merupakan bahasa yang digunakan orang Palestina dan Ibrani untuk orang Israel. Mencerminkan adanya keinginan untuk mempromosikan narasi-narasi perdamaian terlepas dari perbedaan bahasa atau lebih dari pada itu makna dari lirik lagu yang secara tersurat membuka kesempatan bagi adanya ruang dialog dan persahabatan.
Dampak dari YMCA Jerusalem Youth Chorus paling tidak dapat menyentuh anggota paduan suara baik. Anak-anak yang awalnya tidak pernah sama sekali bertemu, kemudian bisa berteman baik. Pertemanan mereka bahkan terus terawat setelah menjadi almni dari program YMCA Jerusalem Youth Chorus. Fenomena ini secara simultan membawa harapan bagi perdamaian di tengah konflik Israel – Palestina yang terus terjadi.
Kesimpulan
Pembahasan yang terbagi atas tiga bagian utama, yakni musik sebagai media kerja sama, musik sebagai pendorong kesetaraan dan keadilan serta musik sebagai media promosi budaya perdamaian dan dialog bisa dirasakan pada komunitas YMCA Jerusalem Youth Chorus. Meskipun perdamaian dalam konteks negara masih jauh bila dilihat intensitas konflik, YMCA Jerusalem Youth Chorus menghadirkan pilihan lain dalam hal berdamain. Berdamai pada tataran personal dan interpersonal antara anak-anak Israel dan anak-anak Palestina di Kota Yerusalem.
Musik dan lirik yang diciptakan pun dapat dikatakan mendukung narasi-narasi perdamaian, entah dari pencampuran nada Arabik dengan Ibrani, penggabungan bahasa pada beberapa bagian dari lagu dan secara lebih mendalam mengajak anak-anak dari dua pihak yang berkonflik (Israel dan Palestina) untuk saling mengenal pada dasarnya merupakan bagian dari transformasi konflik. Transformasi konflik tersebut seperti yang dimaksud Johan Galtung, yaitu membangun empati, kreatif dan memproduksi tanpa kekerasan.
Dari sisi empati, Hendler sebagai pendiri chorus tidak hanya mengumpulkan anak-anak untuk bernyanyi, melainkan membuka ruang dialog untuk saling mengenal. Di samping itu mereka juga kreatif dalam hal menciptakan realita baru selain peperangan – bernyanyi bersama dan berteman dengan orang yang berbeda agama, kebangsaan atau bahkan berbeda pandangan politik. Terakhir, Hendler mendorong anak-anak tingkat sekolah menengah atas untuk menciptakan karya atau memproduksi hal-hal yang berkaitan dengan semangat anti kekerasan.
Saran bagi penulisan selanjutnya ialah, mencari seberapa signifikan pengaruh YMCA Jerusalem Youth Chorus pada promosi budaya perdamaian dan dialog di antara penduduk Palestina dan Israel di Kota Yerusalem.
Al Jazeera. (2008). Timeline: The Middle East Conflict. Al Jazeera News: http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2007/09/200852519252884626.html, 10 November 2017 (06:58)
Al Jazeera. (2009). Timeline: Palestine 1915. Al Jazeera News: http://www.aljazeera.com/focus/arabunity/2008/02/20085251908164329.html, 10 November 2017 (07:20)
Peran musik rap pada perpolitikan dapat dibaca di Librado, David. 2010. An Instrument of Resistance: Rap Music and Hip-Hop Culture in El Alto, Bolivia. Toronto: Univeristy of Toronto.
Rutherford, Jonathan. 1990. The Third Space: Interview with Homi Bhabha. London: Lawrence and Wishart. Hal. 211
Webel, Charles & Johan Galtung. 2007. Handbook of Peace and Conflict Studies. New York: Routledge. Hal. 14
Ibid, hal 23
Ibid, hal 31
Dikutip dari Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Bumi_Manusia, 9 November 2017 (00.15)
Info lebih lengkap dapat diakses pada laman resmi Jerusalem Youth Chorus: http://ymca.jerusalemyouthchorus.org/about/
Israel Ministry of Foreign Affairs. (2015). YMCA Jerusalem Youth Chorus: Transcending Conflict Through Song. Dikutip dari http://mfa.gov.il/MFA/IsraelExperience/People/Pages/YMCA-Jerusalem-Youth-Chorus-Transcending-conflict-through-song.aspx
Librado, David. 2010. An Instrument of Resistance: Rap Music and Hip-Hop Culture in El Alto, Bolivia. Toronto: Univeristy of Toronto. Hal. 58
Kershner, Isabel. (2015). Youth Chorus Unites Israelis and Palestinians at Least for a Few Hours. New York Times: https://www.nytimes.com/2015/06/28/world/youth-chorus-unites-israelis-and-palestinians-at-least-for-a-few-hours.html, 10 November 2017 (03:08)
Ibid.
YMCA Jerusalem Youth Chorus: https://ymca-jerusalem-youth-chorus.bandcamp.com/track/yihiyeh-beseder, 10 November 2017 (03:45) dan Youtube YMCA Jerusalem Youth Chorus: https://www.youtube.com/watch?v=llH0VwhYf9A, 10 November 2017 (03:45)
Hamed, Adham. 2016. Speaking The Unspeakable: Sounds of The Middle East Conflict. Innsbruck: Springer. Hal 70
Musiknya dapat diakses di https://adhamhamed.com/books/
Hamed, Adham. 2016. Speaking The Unspeakable: Sounds of The Middle East Conflict. Innsbruck: Springer. Hal 73
Diakses dari Youtube TheSamTsui: https://www.youtube.com/watch?v=xMkqMTK1_O0, 10 November 2017 (05:18)
Hamed, Adham. 2016. Speaking The Unspeakable: Sounds of The Middle East Conflict. Innsbruck: Springer. Hal 79