Bedah Film "The Land Between"
The Land Between merupakan film yang digarap oleh seorang Australia bernama David Fedele pada tahun 2014. Berkaitan dengan produksi film ini, penulis bertujuan membedah 3 (tiga) hal besar, yakni berhubungan dengan sinopsis, pembahasan isi film dan tanggapan pribadi berdasarkan plot pengisahan.
Sinopsis
The Land Between berusaha mengantar para penontonnya jauh ke daerah Sub-Sahara. Tempat di mana ratusan migran Afrika berkumpul, sembunyi dan hidup dari harapan-harapan dan penantian-penantian datangnya satu hari, ketika mereka dapat masuk dan membangun hidup dari kemajuan peradaban negara-negara Eropa. David Fedele menangkap momen-momen di saat para migran menanti situasi yang tepat bilamana melompati perbatasan Maroko Utara menuju Melilla, terlepas dari betapapun tingginya militerisasi di perbatasan tersebut.
Film ini diisi dengan dokumentasi mengenai aktivitas keseharian migran yang terjebak di tengah-tengah pilihan: pulang atau maju terus. Mereka terjebak pada situasi di mana, negara asal yang tidak kondusif karena peperangan datang silih berganti, alam yang tidak mendukung untuk melakukan pekerjaan agrikultur, dan keluarga yang melepas kepergian mereka sebagai harapan penopang perekonomian di masa depan bilamana berhasil mendapatkan pekerjaan di negara tujuan. Di sisi yang berbeda, migran diperhadapkan dengan rintangan sebelum memasuki daerah tujuan – Melilla sebagai pintu masuk ke negara-negara Eropa, seperti Jerman, Spanyol dan Inggris – yang mengancam keselamatan mereka, di antaranya kemungkinan dijarah oleh para bandit, bersembunyi dari agresivitas kejaran polisi perbatasan dan tingginya militerisasi daerah perbatasan, atau pada kasus yang lain, mereka bisa saja dideportasi sesaat setelah berhasil melompati pagar pembatas.
Pembahasan Isi Film
Keseluruhan pengambilan gambar film ini berlatar di Hutan Gourougou, tempat di mana para migran bersembunyi. Sepanjang plot pengisahan dalam film, sutradara tidak memasukan komunikasi dua arah atau wawancara antara para migran dan tim produksi film. Berangkat dari teknik ini, penulis berasumsi bahwa sutradara benar-benar menginginkan visualisasi situasi migran dengan sendirinya menjelaskan betapa sulitnya kehidupan mereka. Sutradara berusaha agar para migran berbicara untuk diri mereka sendiri, tanpa adanya campur tangan pihak luar, termasuk tim produksi film.
Plot di Gourougou secara khusus terlihat layaknya penjara bagi para migran. Mereka terjabak pada situasi tidak bisa mundur ke negara asal, juga di sisi lain tidak bisa maju mencari kehidupan yang layak di seberang perbatasan lantaran barikade milter yang tinggi. Bergerak dari kesusahan hidup selama berada di Hutan gourougou, kehadiran agama menjadi sokongan moral terbesar bagi para migran. Harapan-harapan akan kesejahteraan yang dilantunan dalam harapan dan doa, menjadi keniscayaan bahwa suatu hari mereka dapat menghidupi keluarga mereka setibanya di daratan Eropa.
Pada bagian lain, David Fedele menyisipkan kritikan keras bagi para bandit dan polisi-polisi perbatasan yang sangat brutal. Penekanan pada kritikan ini dijelaskan secara natural melalui sorotan visualisasi hasil pengerusakan tenda-tenda migran dan barang-barang pribadi mereka, bahkan lebih dari pada itu polisi juga tidak menahan diri untuk menyerang migran. Salah satu yang paling menjadi sorotan ialah dengan menunjukan kematian dari seorang migran akibat dipukul pada bagian kepala, serta tidak adanya ambulans yang bersedia mengantar migran ke rumah sakit.
Adapun menurut hemat penulis, film ini memiliki dua peranan utama, yakni Yacou dan Aicha. Yacou meninggalkan istrinya yang sedang mengandung, sedangkan Aicha merupakan mantan guru yang ikut bermigrasi dengan 4 (empat) orang anaknya setelah melihat sendiri suaminya dibunuh pada saat kerusuhan. Selanjutnya, berkaca dari keseluruhan plot film dan penggambaran latar belakang migran yang diwakili oleh dua pemeran utama, penulis berasumsi bahwasannya tujuan utama dari sutradara ialah agar paling tidak para migran diberikan kesempatan untuk diakui sebagai pencari suaka lantaran mereka terjebak di antara bencana kemanusiaan. Kondisi keterasingan migran dari kemajuan peradaban dan kesempatan untuk mendapatkan penghidupan yang layak menjadi landasan utama sutradara memproduksi film The Land Between.
Tanggapan Pribadi
Penulis sangat mengapresiasi film ini dikarenakan 3 (tiga) alasan utama, yakni karena teknik plot yang humanis, sifatnya yang minimalis dan berbeda dari cara media arus utama lain. Pertama, sisi humanis film dapat disaksikan secara utuh ketika The Land Between tidak difokuskan pada kekerasan yang dialami oleh para migran, melainkan aktivitas kesehariannya mereka dan bagaimana mereka hidup dengan keberanian dan harga diri walaupun berada di bawah tekanan kondisi. Berangkat dari cara-cara yang diterapkan sutradara, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari cara-cara sutradara tersebut ialah untuk memanusiakan para pengungsi dengan tidak mengeksploitasi kekerasan yang mereka alami, serta yang lebih penting dari itu ialah sutradara membiarkan para migran berbicara atas diri mereka sendiri, tanpa intervensi narasi-narasi luar yang melebih-lebihkan kondisi migran.
Kedua ialah minimalis, yakni tim produksi tidak menambahkan efek musik atau audio lainnya sebagai penegas suasana dan juga narasi yang menjelaskan kondisi tertentu. Hal ini menjadi penting guna memberikan kesan natural. Selain memberikan kesan natural, sutradara sengaja agar penonton menginterpretasikan sendiri realita yang disaksikan secara lebih objektif.
Terakhir, The Land Between menurut hemat penulis berbeda dengan film dokumenter lain yang pernah ditonton sebelumnya. Sepanjang plot film, tidak ada situasi yang didramatisir, sehingga penonton bisa melihat, mendengar dan merasakan langsung realita yang dialami migran. Selain itu, sudut pandang film juga tidak ditujukan untuk terlalu menunjukan perbedaan, melainkan persamaan. Sebagai contoh persamaan yang dimaksud penulis ialah ketika migran-migran mau bekerjsama dan membentuk komunitas di tengah himpitan kondisi, serta semangat untuk terus bertahan hidup demi menghidupi keluarga mereka.
Full Movie:Â https://youtu.be/Vf4N_lHOWEA
Official Website:Â http://thelandbetweenfilm.com/