Surat Cinta Tiongkok Untuk Nancy Pelosi: Qui Totum Vult Totum Perdit
![](https://static.wixstatic.com/media/88062d_3ce60b4a8fea4eaca736ad6c4ab8c2fe~mv2.jpg/v1/fill/w_768,h_1024,al_c,q_85,enc_auto/88062d_3ce60b4a8fea4eaca736ad6c4ab8c2fe~mv2.jpg)
Nancy Pelosi tetap bersikukuh menginjakkan kaki di Taiwan pada malam Selasa (02/08/2022) terlepas dari wanti-wanti Beijing terhadap kedatangan orang nomor satu parlemen Amerika Serikat (AS) tersebut. Visitasi Pelosi di China Taipei merupakan bagian dari rangkaian perjalanan dinas ke Asia yang juga mencakup Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang. Berkedok agenda menunjukkan keteguhan komitmen AS dalam rangka mendukung semangat demokrasi Taiwan,[1] Nancy Pelosi sekaligus mencatatkan sejarah sebagai pemimpin parlemen pertama yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir – sejak Newt Gingrich pada 1997.
Di kesempatan lain, juru bicara Gedung Putih bidang keamanan nasional, John Kirby, menilai AS tidak akan terintimidasi dengan ancaman atau retorika agresivitas Tiongkok, dan seharusnya tak ada alasan dari kedatangan Pelosi yang memantik konflik.[2] Berbeda dengan Kirby, Tiongkok seolah ingin menunjukkan diri sebagai tuan rumah atas Taiwan dengan melancarkan berbagai aktivitas militer di sekitar Selat Taiwan, sebagai berikut:
Tabel Aktivitas Militer Tiongkok di Selat Taiwan Pasca Kedatangan Nancy Pelosi[3]
Waktu | Keterangan |
3 Agustus | Pelosi meninggalkan Taiwan dan menuju Korea Selatan. |
3 Agustus | Latihan militer China untuk memblokade Taiwan. |
4 Agustus | Tiongkok menembakkan 11 rudal balistik Dongfeng ke perairan lepas Taiwan. |
4 Agustus | 22 pesawat terbang Tiongkok melewati garis median Selat Taiwan. |
5 Agustus | 68 pesawat tempur dan 13 kapal perang Tiongkok tercatat berada di sekitar Taiwan. |
6 Agustus | 20 pesawat tempur China dan 14 kapal perang diutus di sekitar Taiwan. |
Adapun selain serangan fisik, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Taiwan menyebutkan adanya peningkatan dua kali lipat serangan siber terhadap situs web kementerian. Juru bicara Kemlu Taiwan, Joanne Ou, menyatakan serangan DDos (distributed denial of service) terhadap laman kementerian sepanjangan Kamis hingga Jumat pagi mencapai 17 juta kali per menit.[4] Berangkat dari berbagai serangan tersebut, penulis kemudian mempertanyakan apa arti dari kunjungan Nancy Pelosi terhadap hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok terkait Taiwan?
Sebelum berangkat lebih jauh mengenai hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok pasca visitasi Nancy Pelosi ke Taiwan, ada baiknya kita melihat bagaimana dinamika relasi kedua negara selama ini. Hubungan diplomatik AS-Tiongkok dimulai secara resmi setelah 30 tahun berdirinya negara tirai bambu tersebut. Di sisi lain, Washington juga terus menjaga hubungan informal dengan Taipei, khususnya di bidang perdagangan alat militer.
Secara de jure, AS mengakui RRT sebagai satu-satunya aktor yang memiliki legitimasi penuh atas Taiwan – berlandaskan One China Policy[5]. One China Policy juga mengatur kesepakatan bahwa AS hanya akan membantu memelihara kemampuan pertahanan Taiwan, tanpa harus terlibat langsung dalam aktivitas pertahanan/militer Taiwan – disebut juga sebagai strategic ambiguity. Terlepas dari kenyataan bahwa Presiden Joe Biden menunjukkan gelagat akan mengintervensi langsung bilamana Tiongkok melakukan serangan terbuka terhadap Taiwan.[6]
Kenaikkan tajam tensi politik di antara negeri AS dan RRT sebenarnya sudah dibicarakan akademisi hubungan internasional, terutama selama administrasi Donald Trump. Presiden ke-45 AS tersebut menjual senjata ke Taiwan dengan nilai lebih dari $18 milliar[7] dan memulai konfrontasi dengan Beijing yang beberapa orang sebut sebagai perang dingin. Selanjutnya, rezim Biden tak banyak memberikan perubahan bagi hubungan bilateral kedua negara. Diperparah dengan kunjungan Pelosi, seperti yang ditunjukkan oleh grafis perdagangan senjata Amerika Serikat untuk Taiwan oleh beberapa presiden AS terakhir di bawah ini.
Grafis Perdagangan Senjata AS untuk Taiwan[8]
![](https://static.wixstatic.com/media/88062d_0d3b68f33b2041c080293f124a027813~mv2.png/v1/fill/w_940,h_524,al_c,q_90,enc_auto/88062d_0d3b68f33b2041c080293f124a027813~mv2.png)
Presiden Tsai Ing-wen menerima kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, pada hari Rabu (03/08/2022) di Taipei dengan janji akan memperdalam ikatan kerja sama ekonomi bersama negara Paman Sam. Hal tersebut diungkapkan pada pertemuan yang juga digunakan untuk menghadiahi Pelosi dengan piagam penghormatan sipil tertinggi, Order of Propitious Clouds with Special Grand Cordon. Selanjutnya, selama jumpa pers setelah Nancy Pelosi bertemu Presiden Tsai, beliau menekankan mengenai posisi Taiwan sebagai simbol demokrasi yang bertolak belakang dari sistem politik Tiongkok terhadap Hong Kong, di mana jargon “satu negara dua sistem” tidak berjalan.[9]
Qui totum vult totum perdit.[10] Beijing merespon manuver politik Nancy secara serius. Seakan ingin memberi pesan bilamana: mereka yang ingin mendapat segala sesuatu, akan kehilangan segala sesuatu. Penulis telah menjelaskan di awal mengenai bagaimana agresivitas operasi militer Beijing di Selat Taiwan pada 3-6 Agustus, akan tetapi keseriusan RRT juga terlihat jelas pada pembatalan dan penundaan kerja sama ekonomi dan diplomasi. Di bidang ekonomi, Beijing menunda ekspor pasir alam ke Taiwan, berdasarkan pernyataan Menteri Perdagangan RRT.[11] Adapun pembatalan hubungan diplomasi yang dimaksud setidaknya meliputi:[12]
Pembatalan pembicaraan komandan mandala RRT-AS.
Pembatalan pembicaraan koordinasi kebijakan pertahanan RRT-AS (Defense Policy Coordination Talks, DPCT).
Pembatalan pertemuan kesepakatan RRT-AS mengenai perjanjian konsultasi militer kelautan (Military Maritime Consultative Agreement, MMCA).
Menunda kerja sama RRT-AS tentang repatriasi imigran ilegal.
Menunda kerja sama RRT-AS tentang bantuan hukum dalam masalah pidana.
Menunda kerja sama RRT-AS melawan kejahatan lintas negara.
Menunda kerja sama kontranarkotika RRT-AS.
Menunda pembicaraan RRT-AS tentang perubahan iklim.
Berangkat dari fenomena yang terjadi pasca kunjungan Pelosi ke Taipei, tak dapat dipungkiri adanya letupan-letupan tensi politik yang bermuara pada ancaman aktvititas militer yang lebih berat di kawasan Asia Timur. Tetapi, penulis masih percaya bahwa kedua negara masih cukup rasional untuk tidak memutus ikatan bilateral yang sudah terjalin terlalu dalam. Lebih dari pada itu, secara fundamental konflik terbuka di antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok ialah perihal yang harus dihindari dengan segala macam cara oleh kedua negara.
[1] Focus Taiwan. 2022. Visit to honor 'unwavering' U.S. commitment to Taiwan: Pelosi. Focus Taiwan: https://focustaiwan.tw/politics/202208030001, diakses pada 7 Agustus 2022.
[2] Yimou Lee & Sarah Wu. 2022. Pelosi arrives in Taiwan vowing U.S. commitment; China enraged. Reuters: https://www.reuters.com/world/asia-pacific/pelosi-expected-arrive-taiwan-tuesday-sources-say-2022-08-02/, diakses pada 7 agustsus 2022.
[3] Dihimpun dari berbagai sumber.
[4] Focus Taiwan. 2022. MOFA reports continued cyberattacks seeking to crash its website. Focus Taiwan; https://focustaiwan.tw/politics/202208050023, diakses pada 7 Agustus 2022.
[5] One China Policy merupakan suatu norma relasi AS-Tiongkok terhadap Taiwan yang berlandaskan pada tiga kesepakatan, yakni US-China Communiqués, Taiwan Relations Act, dan Six Assurance.
[6] Sacks, David. 2022. What Biden’s Big Shift on Taiwan Means. CFR: https://www.cfr.org/blog/what-bidens-big-shift-taiwan-means, diakses pada 17 Agustus 2022. [7] Council on Foreign Relations. 2022. Why China-Taiwan Relations Are So Tense. CFR: https://www.cfr.org/backgrounder/china-taiwan-relations-tension-us-policy-biden, diakses pada 18 Agustus 2022.
[8] Ibid.
[9] Tan, Su-Lin. 2022. U.S. House Speaker Nancy Pelosi meets Taiwan’s president despite China’s warnings. CNBC: https://www.cnbc.com/2022/08/03/-us-house-speaker-nancy-pelosi-meets-taiwans-president.html, diakses pada 25 Agustus 2022.
[10] Ungkapan dalam Bahasa Latin yang artinya, dia yang menginginkan segala sesuatu akan kehilangan semuanya.
[11] Huaxia. 2022. Chinese mainland suspends export of natural sand to Taiwan: commerce ministry. Xinhua Net: https://english.news.cn/20220803/ef08dfca88854c25a412324e2232182a/c.html, diakses pada 25 Agustus 2022.
[12] Tiezzi, Shannon. 2022. China Suspends Military Dialogues, Climate Change Talks With US. The Diplomat: https://thediplomat.com/2022/08/china-suspends-military-dialogues-climate-change-talks-with-us/, diakses pada 25 Agustus 2022.
Comments